Sabtu, 15 Mei 2010
> Berita Terpopuler * Prajurit TNI di Perbatasan Dapat Tunjangan Gaji * PKB Gus Dur: DPR Sarang Mafia Politik * Partai Buruh Tak Lagi
Pesawat Latih Curug Menimpa
Rumah di Tangerang
05/12/2002 17:28
Pesawat latih yang dipiloti dua siswa STPI, Iko Tiananda dan Yudi Mustari, itu lepas landas dari Pangkalan Udara Curug. Sejumlah saksi mata menuturkan, sebelum jatuh, pesawat yang terbang di atas perkampungan penduduk itu tidak mengeluarkan suara mesin. Lantas, pesawat tersebut jatuh dan menimpa rumah Sumardi. Akibatnya, dua pilot dan warga Serdang Wetan yang sedang membuat pagar rumah itu terluka dan segera dibawa ke rumah sakit.
Kecelakaan pesawat latih yang dikemudikan siswa Curug itu bukanlah yang pertama. Pada 6 Mei 2001, sebuah pesawat latih milik STPI Curug jatuh di kawasan perkebunan Kampung Cijeruk, Bandung, Jawa Barat. Saat itu, tiga awak pesawat tewas [baca: Pesawat Latih Curug Jatuh, Tiga Awak Tewas].(ANS/Tris Wijayanto dan Amar Sudjarwadi)
Jumat, 14 Mei 2010
Instruktur Pilot Curug Dimakamkan
Instruktur Pilot Curug
Dimakamkan
24/04/2010 05:01
Ibu Teeza tampak tegar. Begitu pula sang ayah, H.A. Mukmin yang juga berprofesi sebagai pilot. keluarga merelakan kepergian putra kebanggaan mereka seraya berharap apa yang terjadi pada Teeza tak terulang di kemudian hari.
Saat kecelakaan terjadi, Teeza tengah mendampingi siswa STPI, Sephazka Abdillah, yang hingga kini masih dirawat. Saat hendak mendarat di Bandar Udara Budiartom Curug, Senin silam, tiba-tiba satu sepeda motor melintas di depan mereka. Kecelakaan pun tidak terelakkan. Dua orang yang menaiki sepeda motor, salah satunya pelajar SMA, tewas seketika.
Teeza dan Sephazka langsung dilarikan ke Rumah Sakit Siloam, Karawaci, Tangerang. Di ruang operasi, kaki Teeza terpaksa diamputasi. Lima hari berikutnya, Teeza mengalami koma hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir kemarin pagi [baca: Instruktur Pilot Curug Akhirnya Meninggal].(BOG)
Kamis, 13 Mei 2010
Sigit Hani Hadiyanto Tetap Berkarya
Sigit Hani Hadiyanto Tetap
Berkarya
10/04/2006 14:38
Sigit menderita luka bakar sekitar 27 persen di bagian wajah, leher, dan kedua lengan. Ia sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Gleneagles, Tangerang, Banten, selama 15 bulan. Selama itu pula, Sigit sudah 21 kali dioperasi.
Pembentukan pribadi yang tangguh tersebut tak lepas dari dukungan keluarga Sigit. Mereka terus memompa kembali semangat putra sulung dari tiga bersaudara ini. Belum lagi adanya Menuk, istri Sigit, yang setia mendampinginya dua tahun usai kecelakaan. Atau tepatnya ketika keduanya mulai menikah pada 2005. "Keluarga saya sempat menentang. Namun karena kegigihan Sigit, sikap mereka mulai berubah dan menerima Sigit," ujar Menuk.
Saat dijumpai SCTV di kediaman Sigit, baru-baru ini, mereka terlihat sedang sarapan pagi. Tak lama berselang, ibu Menuk datang membawa seorang cucunya. Rasa kekeluargaan ini yang membuat hidup Sigit semakin berwarna.
Tak ingin berlama-lama, Sigit bergegas ke teras rumah. Ia bersiap memakai sepatu untuk berangkat kerja. Pria berusia 31 tahun ini harus berada di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) di Curug, Tangerang, sekitar pukul 08.00 WIB. Di sana pula Sigit menamatkan pendidikan sebagai angkatan ke-52 pada Maret 1996.
Setelah mengantongi izin terbang, Sigit meneruskan sekolahnya untuk dapat menjadi seorang instruktur terbang bagi calon-calon pilot. Hasilnya, enam bulan belajar ia pun akhirnya lulus. Namun, belum genap setahun menjadi instruktur, impian menjadi pilot profesional itu pupus akibat kecelakaan tersebut.
Kendati tak lagi menjadi instruktur terbang, setidaknya tiga kali dalam setiap pekan, Sigit mengajar materi tentang penerbangan kepada para kandidat pilot. Selain menjadi pengajar, ia juga berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Sejak 2001, Sigit terdaftar sebagai staf Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Prestasi Sigit yang sangat bagus diakui Kepala Sub Direktorat Operasi Pesawat Udara Adhy Gunawan. "Dia sangat ulet di lapangan. sangat terampil," imbuh Adhy. Ia juga menyayangkan Sigit yang kini tak lagi bisa menjadi pilot. "Sayang, dia tidak mendapat izin dari bagian kesehatan lisensi terbang," tambah pria separuh baya itu.
Musibah tersebut membawa hikmah bagi Sigit. Kendati tak lagi membawa terbang penumpang, dunia penerbangan yang dicintai Sigit tetap dekat. Saat ini ia juga gemar memainkan alat musik yang ditekuni sejak masih remaja, yakni drum.
Adanya perbedaan bentuk fisik masing-masing individu, menjadikan mereka, termasuk Sigit, mempunyai banyak keistimewaan. Di antaranya mata hati yang selalu terbuka untuk menerima dan menjalani segala perbedaan itu.(AIS/Cindy Agustina dan Kurnia Supriyatna)
Instruktur Pilot Curug Akhirnya Meninggal
Instruktur Pilot Curug Akhirnya
Meninggal
Abdul Rosyid 23/04/2010 16:06
Teeza meninggal setelah dirawat selama 4 hari dalam kondisi kritis di rumah sakit Siloam, Karawaci, Tangerang. Jenazah Teeza menurut rencana akan dimakamkan Jumat petang di pemakaman Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Teeza adalah instruktur pilot Sekolah Tinggi Penerbang Indonesia atau STPI Curug. Kondisinya kritis setelah pesawat yang dikemudikan bersama siswanya, Sephazka Abdillah, menabrak sepeda motor saat mendarat di Bandara Budiarto Curug, Senin lalu [baca: Pesawat Tabrak Sepeda Motor Dua Tewas].
Sephazka juga dalam kondisi kritis dan kini dirawat di Rumah Sakit Siloam, sedangkan Penumpang sepeda motor yakni Yopie dan Azzumar Tewas di tempat.(MLA)